HadisNabi Muhammad menyebut soal hari Jumat dan keutamaannya. Hadis Nabi Muhammad menyebut soal hari Jumat dan keutamaannya. REPUBLIKA.ID; REPUBLIKA TV; GERAI; IHRAM; REPJABAR; REPJOGJA; RETIZEN; BUKU REPUBLIKA; REPUBLIKA NETWORK; Saturday, 8 Muharram 1444 / 06 August 2022. Menu. HOME
M KHAUSUL AMAL, NIM. 01530718 (2005) HADIS-HADIS TENTANG PENGOBATAN NABI DENGAN MADU. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA. Preview. Text (HADIS-HADIS TENTANG PENGOBATAN NABI DENGAN MADU) BAB I, V, DAFTAR Published Version. Download (3MB) | Preview.
PEMAKNAANHADIS-HADIS MULTIKULTURAL (Etika, Moral Dan Akhlak Menjadi Budaya Hidup) Oleh : M. Najmil Husna A. Budaya Sebagai Lifeworld Term lifeworld (lebenswelt) pertama sekali diperkenalkan oleh Edmund Husserl (1859-1938). Yang dimaksud dengan lifeworld oleh Husserl adalah, dunia sehari-hari sebagaimana yang dialami manusia apa adanya.
Multaqoini digelar pada 2-3 Agustus 2022 di Hotel Sari Pan Pasifik, Jakarta Pusat. Ketua Bidang Seni Budaya dan Peradaban Islam MUI, KH Jeje Zaenuddin mengatakan, kegiatan ini untuk menyerap ide-ide dan gagasan brilian dari pakar dan pelaku seni budaya di Indonesia. Berikut 5 rekomendasi yang dihasilkan dari Multaqo Seniman dan Budayawan
AYOJAKARTACOM - Berikut adalah empat hadist tentang kurban di Hari Raya Idul Adha yang perlu diketahui. Sebagai umat Islam yang akan berkurban, tak ada salahnya lebih dulu mengetahui empat hadist tentang kurban di Hari Raya Idul Adha. Simak ulasan pada artikel di bawah ini terkait empat hadist tentang kurban di Hari Raya Idul Adha.
BerandaSosial Budaya Umat Muslim, Ini Hadis Rasulullah Tentang Datangnya Dajjal. Umat Muslim, Ini Hadis Rasulullah Tentang Datangnya Dajjal. Sosial Budaya. Rabu 20 Desember 2017 17:00 Senin 10 Desember 2018
MerayakanBudaya, Berpuasa Gembira. Almarhum Kuntowijoyo pernah mengajukan sebuah otokritik, bahwa Muhammadiyah merupakan gerakan kebudayaan tanpa kebudayaan. Abdul Munir Mulkhan dalam Kiai Ahmad Dahlan: Jejak Pembaharuan Sosial dan Kemanusiaan (2010), memberikan syarahan. Ada banyak kebudayaan yang sebenarnya diinisiasi oleh
TRADISIMAULID NABI MUHAMMAD SAW (Studi Tentang Pelaksanaan pada Suku Bugis Makassar) Skripsi . Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam . Fakultas Adab dan Humaniora . UIN Alauddin Makassar . Oleh: MUH. ARSYAD NIM: 40200115100 . FAKULTAS ADAB DAN
HADISNABI TENTANG LARANGAN BE Tampilan Petugas; Sitasi Cantuman; Kirim via Email; Ekspor Cantuman. Export to RefWorks; Favorit; HADIS NABI TENTANG LARANGAN BERZIKIR DENGAN SUARA KERAS (STUDI MA'ANIL HADIS) Tersimpan di: Main Author: SHOFWATUL MALA, NIM.99533010: Format: Thesis NonPeerReviewed Book: Bahasa: ind: Terbitan: , 2004
HADISHADIS TENTANG SIFAT NABI SAW DALAM SIMT U AL-DURAR F Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543b/U/1987. Secara garis besar uraiannya adalah sebagai berikut: 1. Konsonan Tunggal Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
TrMU.
In Islam, moral education is education that comes from religious teachings and community culture by creating tranquility, tranquility, and peace in life. In Islamic teachings, we know the term hablumminannas, where we can see well with humans. This is one of the goals of moral education, where humans can relate and do good with others. Because we are supposed to be social beings who will always need other people. In a hadith clearly shows that the Prophet SAW was very fond of people who are noble and people who talk the most. In addition, another hadith also explains that we are commanded to love others, even as we love ourselves. The implementation of this love is to help each other and provide benefits to others. The love that is given to this fellow with the differences that exist, so that it doesn't happen. Abstrak Dalam Islam, pendidikan akhlak merupakan pendidikan yang bersumber dari ajaran agama dan kebudayaan masyarakat dengan tujuan untuk terciptanya ketenangan ,ketentraman dan kedamaian dalam kehidupan. Dalam ajaran Islam, kita mengenal istilah hablum-minannas, dimana kita dituntut untuk berhubungan baik dengan manusia. Hal ini merupakan salah satu tujuan dari pendidikan akhlak, dimana supaya manusia dapat berhubungan dan berbuat baik dengan sesama. PENDAHULUAN Pendidikan akhlak adalah suatu pendidikan yang didalamnya terkandung nilai-nilai budi pekerti, baik yang bersumber dari ajaran agama maupun dari kebudayaan manusia. Budi pekerti mencakup pengertian watak, sikap, sifat, moral yang tercermin dalam tingkah laku baik dan buruk yang terukur oleh norma-norma sopan santun, tata Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 142 HADITS TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DAN PENDIDIKAN SOSIAL Nita Yuli Astuti Budi Sujati UIN Walisongo Semarang STKIP Pangeran Dharma Kusuma Indramayu nitayuliastuti31 budisujati In Islam, moral education is education that comes from religious teachings and community culture by creating tranquility, tranquility, and peace in life. In Islamic teachings, we know the term hablumminannas, where we can see well with humans. This is one of the goals of moral education, where humans can relate and do good with others. Because we are supposed to be social beings who will always need other people. In a hadith clearly shows that the Prophet SAW was very fond of people who are noble and people who talk the most. In addition, another hadith also explains that we are commanded to love others, even as we love ourselves. The implementation of this love is to help each other and provide benefits to others. The love that is given to this fellow with the differences that exist, so that it doesn't happen. Keywords Hadits, Education, Morals, Social Abstrak Dalam Islam, pendidikan akhlak merupakan pendidikan yang bersumber dari ajaran agama dan kebudayaan masyarakat dengan tujuan untuk terciptanya ketenangan ,ketentraman dan kedamaian dalam kehidupan. Dalam ajaran Islam, kita mengenal istilah hablum-minannas, dimana kita dituntut untuk berhubungan baik dengan manusia. Hal ini merupakan salah satu tujuan dari pendidikan akhlak, dimana supaya manusia dapat berhubungan dan berbuat baik dengan sesama. Karena seyogiyanya kita adalah makhluk social yang akan selalu memerlukan orang lain. Dalam sebuah hadits dengan tegas menunjukkan bahwa Rasulullah SAW sangat menyukai orang yang berakhlak mulia dan membenci orang yang paling banyak bicara. Selain itu, hadits lain juga menjelaskan bahwasanya kita diperintahkan untuk mencintai sesama, bahkan seperti mencintai diri sendiri. Implementasi dari rasa cinta ini adalah saling tolong menolong dan memberikan manfaat bagi yang lainnya. Rasa cinta yang diberikan sesama ini dengan mengesampingkan perbedaan yang ada, agar tidak terjadi perpecahan. Kata Kunci Hadits, Pendidikan, Akhlak, Sosial PENDAHULUAN Pendidikan akhlak adalah suatu pendidikan yang didalamnya terkandung nilai-nilai budi pekerti, baik yang bersumber dari ajaran agama maupun dari kebudayaan manusia. Budi pekerti mencakup pengertian watak, sikap, sifat, moral yang tercermin dalam tingkah laku baik dan buruk yang terukur oleh norma-norma sopan santun, tata Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 143 karma dan adat istiadat, sedangkan akhlak diukur dengan menggunakan norma-norma agama. Rasulullah adalah seorang nabi dan rasul yang patut dijadikan teladan oleh manusia atas prilakunya. Rasulullah mempunyai pribadi yang sangat terpuji, salah satunya adalah bahwa Rasulullah memiliki sifat penyayang kepada semua Makhluk Allah, yaitu kepada Manusia, dan Makhluk lainnya. Misalnya binatang. Karena manusia adalah makhluk yang terbaik yang Allah ciptakan, yang diangkat menjadi khalifah di muka bumi dan menjaga kemakmurannya. Sebagai khalifah di muka bumi ini manusia diperintahkan untuk berbuat kebajikan dan dilarang untuk berbuat kerusakan. Rasul memerintahkan kepada manusia agar dapat berlaku baik terhadap makhluk ciptaan Allah salah satunya adalah Binatang. Karena rasulullah juga memperlakukan binantang dengan baik, memeliharanya dengan baik, bahkan rasulullah pun mempunyai sifat kasih sayang terhadap binatang. Rasul pun melarang orang untuk membunuh hewan dengan sembarangan. kaum muslim mencintai hewan merupakan suatu bentuk patuh terhadap agama dan tidak lain perintah dari buruknya akhlak atau budi pekerti seseorang itu merupakan penilaian dari manusia. Parameter ukuran baik buruknya ditentukan oleh norma agama dan norma adat istiadat yang berlaku di masyarakat. Sedangkan dalam Islam ukuran baik-buruknya akhlak seseorang itu sudah diatur dalam dua sumber utama ajaran Islam yaitu Al-Qur‟an dan Hadits. Tujuan dari pendidikan akhlak adalah untuk terciptanya ketenangan , ketentraman dan kedamaian dalam hidup ini karena seorang yang memiliki akhlak yang baik akan senantiasa melakukan yang terbaik bagi dirinya dan masyarakat. Pendidikan akhlak harus diberikan kepada anak didik secara terencana dan sistematis, sesuai dengan konsep-konsep yang telah ditetapkan dalam ajaran syariat Islam. Adapun yang berperan dalam menanamkan dan mewariskan nilai-nilai akhlak Islam disekolah ialah guru, sedangkan dirumah tangga ialah orang tua atau wali anak, sedangkan dilingkungan masyarakat adalah pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat Ahmad, Implementasi Akhlak Qur’ani. Bandung PT Telekomunikasi Indonesia, 2002. Hal. 34 Usiono, Potret Rasulullah sebagai Pendidik, Jurnal ANSIRU Vol. 1 Juni 2017 , Hal. 20 Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 144 yang memiliki pengaruh pada umatnya. Hal ini sesuai dengan misi Nabi Muhammad SAW yaitu penyempurna akhlak sebagaimana dalam sebuah hadits Artinya Dari Abu Hurairah berkata Rasulullah Saw bersabda Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang saleh baik. HR. Bukhari Kata Hablun Min Annaas berasal dari kata Hablun, artinya hubungan atau ikatan, kata Min, artinya dari atau bisa mengandung pengertian dengan, dan kata Annaas, berarti manusia. Kemudian diartikan secara menyeluruh menjadi hubungan dengan manusia. Hubungan ini di tujukan antara manusia dan manusia lainnya. Islam adalah Ad-Dien yang sangat umatnya untuk membina hubungan yang baik antar sesama manusia. Dalam firman Allah mengatakan Artinya "Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal, sesnugguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi allahialah orang yang paling bcrtakwa di antara kamu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." Qs. AI-Hujurat; 13 Munawwir. Kamus Al-Munawwir Indonesia Dan Arab. Surabaya Pustaka Progressif, 2007. Hal. 56. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan. Bandung CV Darus Sunnah, 2015. Hal. 517 Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 145 Ayat ini menerangkan bahwa manusia adalah mahluk bio-sosial, dalam hidupnya manusia tidak dapat terlepas dari kehidupan bersama manusia yang lain. Manusia mempunyai kecenderungan untuk bergaul dan membaur dengan sesamanya. Naluri sebagai mahluk sosial ini menyebabkan manusia sen'antiasa bennasyarakat dalam kehidupan komunal. Dalam ajaran Islam, kita mengenal istilah hablum-minannas, dimana kita dituntut untuk berhubungan baik dengan manusia. Hal ini merupakan salah satu tujuan dari pendidikan akhlak, dimana supaya manusia dapat berhubungan dan berbuat baik dengan sesama. Karena seyogiyanya kita adalah makhluk social yang akan selalu memerlukan orang lain. Apalagi kita sebagai warga negara Indonesia yang memiliki keanekaragaman suku, budaya, agama dan bahasa. Hal ini menuntut kesadaran untuk melaksanakan pendidikan dini bagi peserta didik agar mampu bersosialisasi dengan baik dan mau menerima perbedaan tersebut. PEMBAHASAN A. Hadits tentang Pendidikan Akhlak I 1. Nash dan Terjemah Hadits Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 146 Artinya “ Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Al Hasan bin Hirasy Al Baghdadi], telah menceritakan kepada kami [Habban bin Hilal], telah menceritakan kepada kami [Mubarak bin Fadlalah], telah menceritakan kepadaku [Abdu Rabbih bin Sa'id] dari [Muhammad bin Al Munkadir] dari [Jabir] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda "Sesungguhnya di antara orang yang paling aku cintai dan yang tempat duduknya lebih dekat kepadaku pada hari kiamat ialah orang yang akhlaknya paling bagus. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya dariku pada hari kiamat ialah orang yang paling banyak bicara kata-kata tidak bermanfaat dan memperolok manusia." Para shahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling banyak bicara itu?" Nabi menjawab "Yaitu orang-orang yang sombong." Berkata Abu Isa Hadits semakna juga diriwayatkan dari Abu Hurairah dan ini merupakan hadits Hasan Gharib melalui jalur ini. Sebagian mereka meriwayatkan hadits ini dari [Mubarak bin Fadlalah] dari [Muhammad bin Al Munkadir] dari [Jabir] dari Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam namun tidak disebutkan didalamnya dari Abdu Rabbih bin Sa'id dan riwayat ini lebih shahih dan bergosip banyak omong dan ngomong yang mengintai orang untuk berbicara dan membenci mereka.”2. Analisis Kualitas Hadits Kualitas sebuah hadits dapat ditentukan dengan melakukan dua cara, yakni tashih dan i’tibar, yang keduanya memerlukan takhrij terlebih dahulu. Tashih dengan menentukan kualitas hadits berdasarkan kajian dirayahnya dengan menilai rawi dan sanad. I’tibar yaitu menentukan kualitas hadits berdasarkan kitab hadits, berdasarkan syarahnya dan berdasarkan pembahasan kitabnya. Takhrij adalah menunjukkan tempat hadits pada sumber aslinya yang mengeluarkan hadits tersebut dengan sanadnya dan menjelaskan dan menjelaskan derajatnya ketika diperlukan. Muhamad bin Isa At-Tirmidzi, Jami’ut Tirmidzi, Hadits No. 6009 Bab. Berbakti dan menyambung silaturrahim. Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits. Jakarta Pustaka Al-Kautsar, 2012. Hal. 189. Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 147 Setelah penyusun melakukan takhrij pada hadits di atas, penyusun menemukan 17 hadits serupa yang tersebar dalam 15 kitab hadits. Dengan demikian terdapat beberapa jalur periwayatan hadits tersebut. Berikut ini penjabarannya Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 148 Kemudian hadits tersebut dianalisis dengan cara tashih. Pertama penyusun mengidentifikasi para perawi hadits tersebut. Berikut ini hasilnya Ahmad bin Al Hasan bin Khirasy Tabi'ul Atba' kalangan pertengahan Tabi'ut Tabi'in kalangan biasa Mubarak bin Fadlolah bin Abi Umayyah Tabi'in tdk jumpa Shahabat Abdu Rabbih bin Sa'id bin Qais bin 'Amru Muhammad bin Al Munkadir bin 'Abdullah bin Al Hudair Tabi'in kalangan pertengahan Jabir bin 'Abdullah bin 'Amru bin Haram Berdasarkan data ini, maka kita dapat mengatakan seluruh perawinya „adil, tapi ada beberapa rawi yang memiliki dhabt/ kredibilitas yang kurang dibanding perawi hadist shahih. Hadits ini matannya marfu dan sanadnya muttasil. Kemudian jika ditinjau berdasarkan i’tibar diwan, dapat dinyatakan bahwa kualitas hadits ini adalah hasan gharib. Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 149 3. Analisis Isi Kandungan Hadits Hadis diatas dengan tegas menunjukkan bahwa Rasulullah SAW sangat menyukai orang yang berakhlak mulia dan membenci orang yang paling banyak bicara kata-kata tidak bermanfaat dan memperolok manusia. Bahkan Rasulullah menegaskan orang yang berakhlak mulia kelak akan dekat tempat duduknya bersama Rasulullah. Hadits diatas dapat menjadi motivasi yang kuat untuk menjadikan tujuan Pendidikan Islam yang sebenarnya adalah untuk memperbaiki akhlak. Dalam kehidupan manusia, semua hal telah diatur sedemikian rupa dalam agama Islam baik hubungan dengan Allah atau hubungan sesama manusia. Keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain , orang yang memiliki ibadah yang baik harus pula memiliki akhlak yang baik sesama manusia. Ini merupakan bentuk kesempurnaan yang agung dalam Islam. Hadits ini juga menekankan tentang kewajiban menjaga lisan karena dari lisan seseorang akan menimbulkan dua hal yaitu kebaikan atau kejelekkan. Maka kita sebagai manusia harus mengatakan hal yang baik-baik kepada orang lain dan meninggalkan kata-kata yang kurang bermanfaat . Apalagi perselisihan sering terjadi berawal dari tajamnya lisan seseorang sehingga menimbulkan perpecahan di kalangan umat islam. Maka dari itu kita harus senantiasa memiliki budi pekerti yang luhur, sebagaimana nasehat yang disampaikan oleh Luqman Al-Hakim kepada anaknya dalam QS. Lukman ayat 19 Artinya “Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” Dalam hadits di atas memerintahkan kita untuk menjadi pribadi yang rendah hati dan tidak angkuh. Ciri-ciri orang yang rendah hati adalah sederhana dalam berjalan dan berbicara. Sederhana atau wajar dalam berjalan dan berbicara bukan berarti berjalan dengan menundukkan kepala dan berbicara dengan lunak. Akan tetapi, maksudnya ialah berjalan dan berbicara dengan sopan dan lemah lembut, sehingga Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 150 orang merasa senang melihatnya. Adapun berjalan dengan sikap gagah dan wajar, serta berkata dengan tegas yang menunjukkan suatu pendirian yang kuat, tidak dilarang oleh agama. Akan tetapi kemajuan ilmu pengetahuan, tehnologi yang begitu cepat di negara kita ini, disamping mendatangkan manfaat yang banyak, juga dapat menimbulkan dampak yang negatif bagi perkembangan bangsa ini. Hal ini ditandai dengan begitu cepatnya pengaruh budaya barat yang masuk ke Indonesia secara vulgar terutama bagi kaum mudanya, tanpa memperhatikan, memperhitungkan apakah budaya itu sesuai dengan kepribadian bangsa, norma sosial apalagi norma agama. Dalam hitungan waktu yang relatif singkat, budaya itu merasuk dalam jiwa anak-anak muda, pelajar, mahasiswa, sehingga benih-benih yang sifatnya negatif seperti kenakalan remaja, perkelahian antar pelajar, keterlibatan pelajar dalam narkoba, mencuri, dan sebagainya, hal tersebut selalu menghiasi surat kabar, media televisi kita. Selain , banyak sekali kasus-kasus seperti bullying di sekolah. Bullying merupakan suatu kejadian yang seringkali tidak terhindarkan terutama di sekolah. Bullying adalah penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok, suatu perilaku mengancam, menindas dan membuat perasaan orang lain tidak nyaman. Seseorang yang bisa dikatakan menjadi korban apabila dia diperlakukan negatif secara sengaja membuat luka atau ketidak nyamanan melalui kontak fisik, melalui perkataan atau dengan cara lain dengan jangka waktu sekali atau berkali-kali bahkan sering atau menjadi sebuah pola oleh seseorang atau lebih. Bullying seringkali terlihat sebagai bentuk-bentuk perilaku berupa pemaksaan atau usaha menyakiti secara fisik maupun psikologis terhadap seseorang atau kelompok yang lebih „lemah‟ oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempersepsikan dirinya lebih „kuat‟. Perbuatan pemaksaan atau menyakiti ini terjadi di dalam sebuah kelompok misalnya kelompok siswa satu sekolah. Terwujudnya kehidupan masyarakat yang berpegang pada moralitas tak bisa lain kecuali dari pendidikan, khususnya pendidikan agama. Sebab, moralitas yang Harun Nihaya , bullying di sekolah Dari diakses pada tanggal 18 Oktober 2021. Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 151 mempunyai daya ikat masyarakat bersumber dari agama, nilai-nilai agama dan norma-norma agama. Itu semua merupakan problema yang harus dipecahkan oleh semua pihak baik dari orang tua, guru, masyarakat, dan pemerintah secara bersama-sama sesuai dengan kapasitas masing-masing. Dalam hal ini sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar yaitu mengemban misi moral dan memperbaiki akhlak peserta didiknya dengan melalui pelajaran agama Islam. Guru merupakan salah satu orang yang paling berpengaruh dalam mendewasakan anak didik agar menjadi anggota masyarakat yang berguna dan memiliki kepribadian yang mencerminkan akhlak yang mulia. B. Hadits tentang Pendidikan Akhlak II 1. Nash dan Terjemah Hadits Artinya “Telah menceritakan kepada kami [Mahmud bin Ghailan], telah meriwayatkan kepada kami [Abu Dawud] ia berkata, Telah memberitakan kepada kami [Syu'bah] dari [A'masy] ia berkata; Aku mendengar [Abu Wa`il] menceritakan dari [Masruq] dari [Abdullah bin Amr] ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda "Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bukanlah seorang yang buruk perangainya. Abu Isa berkata; Ini adalah hadits hasan shahih.”2. Analisis Kualitas Hadits Kualitas sebuah hadits dapat ditentukan dengan melakukan dua cara, yakni tashih dan i’tibar, yang keduanya memerlukan takhrij terlebih dahulu. Tashih dengan menentukan kualitas hadits berdasarkan kajian dirayahnya dengan menilai rawi dan sanad. I’tibar yaitu menentukan kualitas hadits berdasarkan kitab hadits, berdasarkan Muhamad bin Isa At-Tirmidzi, Jami’ut Tirmidzi, Hadits No. 1975 Bab. Berbakti dan menyambung silaturrahim. Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 152 syarahnya dan berdasarkan pembahasan kitabnya. Takhrij adalah menunjukkan tempat hadits pada sumber aslinya yang mengeluarkan hadits tersebut dengan sanadnya dan menjelaskan dan menjelaskan derajatnya ketika penyusun melakukan takhrij pada hadits di atas, penyususn menemukan 21 hadits serupa yang tersebar dalam 17 kitab hadits. Dengan demikian terdapat beberapa jalur periwayatan hadits tersebut. Berikut ini penjabarannya Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits. Jakarta Pustaka Al-Kautsar, 2012. Hal. 189. Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 153 Kemudian hadits tersebut dianalisis dengan cara tashih. Pertama penyusun mengidentifikasi para perawi hadits tersebut. Berikut ini hasilnya Tabi'in kalangan pertengahan Sulaiman bin Daud bin Al Jarud Tabi'ut Tabi'in kalangan biasa Masruq bin Al Ajda' bin Malik bin Umayyah Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash bin Wa'il Berdasarkan data ini, maka kita dapat mengatakan seluruh perawinya „adil, tapi ada beberapa rawi yang memiliki dhabt/ kredibilitas yang kurang dibanding perawi Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 154 hadist shahih. Hadits ini matannya marfu dan sanadnya muttasil. Kemudian jika ditinjau berdasarkan i’tibar diwan, dapat dinyatakan bahwa kualitas hadits ini adalah hasan shahih 3. Analisis Isi Kandungan Hadits Pendidik guru merupakan salah satu aspek yang terpenting dalam pendidikan. Guru sebagai pendidik merupakan suatu amanah yang sangat berat untuk dilaksanakan. Dikatakan berat, karena guru harus bisa membimbing dan mengarahkan peserta didiknya ke arah yang positif dan lebih baik, dari semua aspek yang ada pada peserta didik baik dari segi kognitif, afektif, dan guru bisa mengemban amanah sebagai pendidik dengan baik, apabila ia mengerti akan berbagai teori yang menyangkut dirinya yang bertugas sebagai guru. Dalam kaitannya dengan masalah ini, akan dibahas dalam makalah ini berbagai asumsi yang diambil dari sumber utama agama Islam yakni Al-Qur‟an dan Al-Hadits. Dalam kedua sumber tersebut terdapat banyak sekali literatur-literatur yang membahas tentang pendidik. Hadis diatas dengan tegas menunjukkan, Rasulullah SAW. Memiliki akhlak yang mulia dan tidak memiliki perangai yang buruk. Sehingga banyak yang mecontoh akhlak mulia beliau tanpa harus disuruh. Dalam perspektif pendidikan Islam, keteladanan uswah merupakan sebuah metode yang sangat efektif diterapkan oleh seorang guru dalam proses pendidikan. Karena keteladanan, hasilnya akan mempengaruhi individu jauh mencapai pada tahap kebiasaan, tingkah laku dan sikap. Sebagaimana dalam firman Allah dalam Surah QS. Al-Ahzaab 21 Artinya “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu uswatun hasanah suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [QS. Al-Ahzaab 21] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung Remaja Rosdakarya. 1994. Hal. 74-75. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung CV Darus Sunnah, 2015. Hal. 420 Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 155 Keteladanan dalam proses pendidikan ini juga menjadi tanggung jawab orang tua sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak. Dalam proses bimbingan yang dilakukan sejak anak lahir hingga dewasa tidak lepas dari peran orang tua dalam memberikan contoh seperti ibadah, sikap menghormati dan tutur kata yang baik. Maka dalam hal ini, pendidik di sekolah dan orang tua di rumah harus sama-sama bersinergi untuk memberikan keteladanan agar anak memiliki akhlak yang baik. C. Hadits tentang Pendidikan Sosial I 1. Nash dan Terjemah Hadits " . Artinya “Telah menceritakan kepada kami [Mahmud bin Ghailan], telah meriwayatkan kepada kami [Abu Dawud] ia berkata, Telah memberitakan kepada kami [Syu'bah] dari [A'masy] ia berkata; Aku mendengar [Abu Wa`il] menceritakan dari [Masruq] dari [Abdullah bin Amr] ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda "Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bukanlah seorang yang buruk perangainya. Abu Isa berkata; Ini adalah hadits hasan shahih.”2. Analisis Kualitas Hadits Kualitas sebuah hadits dapat ditentukan dengan melakukan dua cara, yakni tashih dan i’tibar, yang keduanya memerlukan takhrij terlebih dahulu. Tashih dengan menentukan kualitas hadits berdasarkan kajian dirayahnya dengan menilai rawi dan sanad. I’tibar yaitu menentukan kualitas hadits berdasarkan kitab hadits, berdasarkan syarahnya dan berdasarkan pembahasan kitabnya. Takhrij adalah menunjukkan tempat Muhamad bin Isma‟il Al-Bukhari, Shahih Bukhari Hadits No. 13 Bab. Adab Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 156 hadits pada sumber aslinya yang mengeluarkan hadits tersebut dengan sanadnya dan menjelaskan dan menjelaskan derajatnya ketika penyusun melakukan takhrij pada hadits di atas, penyususn menemukan 87 hadits serupa yang tersebar dalam 48 kitab hadits. Dengan demikian terdapat beberapa jalur periwayatan hadits tersebut. Berikut ini penjabarannya Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits. Jakarta Pustaka Al-Kautsar, 2012. Hal. 189. Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 157 Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 158 Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 159 Kemudian hadits tersebut dianalisis dengan cara tashih. Pertama penyusun mengidentifikasi para perawi hadits tersebut. Berikut ini hasilnya Musaddad bin Musrihad bin Musribal bin Mustawrid Yahya bin Sa'id bin Farrukh Tsiqah Mutqin, Hafidz, Imam, Qudwah Tabi'ut Tabi'in kalangan biasa Syu'bah bin Al Hajjaj bin Al Warad Tabi'ut Tabi'in kalangan tua Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 160 Qatadah bin Da'amah bin Qatadah Anas bin Malik bin An Nadlir bin Dlamdlom bin Zaid bin Haram Berdasarkan data ini, maka kita dapat mengatakan seluruh perawinya „adil, matannya mafru dan sanadnya muttasil. Kemudian jika ditinjau berdasarkan i’tibar diwan, hadits ini berada di dalam kitab Shahih, yang diyakini hanya memuat hadits-hadits shahih. Maka dari semua tinjauan ini, dapat dinyatakan bahwa kualitas hadits ini adalah shahih. 3. Analisis Isi Kandungan Hadits Islam mengajarkan manusia untuk hidup bersosialisasi dengan yang lainnya. Baik itu bersosialisasi di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dengan terciptanya social yang baik di semua tempat, maka akan tercipta ketenangan dan ketentraman. Latar belakang suku, bangsa, agama, dan yang lainnya tidak menjadi penghalang bagi kita untuk saling mengenal dan berteman dengan siapapun. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, khususnya bila dilihat dari segi etnis / suku bangsa dan agama. Konsekuensinya, dalam menjalani kehidupannya masyarakat Indonesia dihadapkan kepada perbedaan – perbedaan dalam berbagai hal, mulai dari kebudayaan, cara pandang hidup dan interaksi antar individunya. Hadits diatas menjalaskan bahwasanya kita diperintahkan untuk mencintai sesama, bahkan seperti mencintai diri sendiri. Implementasi dari rasa cinta ini adalah saling tolong menolong dan memberikan manfaat bagi yang lainnya. Rasa cinta yang diberikan sesama ini dengan mengesampingkan perbedaan yang ada, agar tidak terjadi perpecahan. Saling menyayangi diantara sesama manusia merupakan salah satu indikator seseorang berakhlak. Dalam hal ini erat kaitannya dengan hubungan sesama manusia atau disebut dengan hablum min-annas. Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 161 Islam mengajarkan kedamaian , ketentraman dan persaudaraan. Dengan akhlak yang baik maka akan tercipta persaudaraan dan ketentraman diantara sesama manusia. Akan tetapi akhlak yang buruk akan menimbulkan perselisihan dan perpecahan diantara sesama manusia. Tentu hal iniharus menjadi perhatian besar bagi semua orang untuk senantiasa memperbaiki akhlaknya menjadi lebih baik agar tercipta kemashalatan bersama. D. Hadits tentang Pendidikan Sosial II 1. Nash dan Terjemah Hadits Artinya “Telah menceritakan kepada kami [Isma'il] telah menceritakan kepadaku [Malik] dari [Sumayya] bekas budak Abu Bakr, dari [Abu Shalih As Samman] dari [Abu Hurairah] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda "Pada suatu ketika ada seorang laki-laki sedang berjalan melalui suatu jalan, lalu dia merasa sangat kehausan. Kebetulan dia menemukan sebuah sumur, maka dia turun ke sumur itu untuk minum. Setelah keluar dari sumur, dia melihat seekor anjing menjulurkan lidahnya menjilat-jilat tanah karena kehausan. Orang itu berkata dalam hatinya; 'Alangkah hausnya anjing itu, seperti yang baru ku alami.' Lalu dia turun kembali ke sumur, kemudian dia menciduk air dengan sepatunya, dibawanya ke atas dan diminumkannya kepada anjing itu. Maka Allah berterima kasih kepada orang itu diterima-Nya amalnya dan diampuni-Nya dosanya.' Para sahabat bertanya; 'Ya, Rasulullah! Dapat pahalakah Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 162 kami bila menyayangi hewan-hewan ini? ' Jawab beliau 'Ya, setiap menyayangi makhluk hidup adalah berpahala."2. Analisis Kualitas Hadits Kualitas sebuah hadits dapat ditentukan dengan melakukan dua cara, yakni tashih dan i’tibar, yang keduanya memerlukan takhrij terlebih dahulu. Tashih dengan menentukan kualitas hadits berdasarkan kajian dirayahnya dengan menilai rawi dan sanad. I’tibar yaitu menentukan kualitas hadits berdasarkan kitab hadits, berdasarkan syarahnya dan berdasarkan pembahasan kitabnya. Takhrij adalah menunjukkan tempat hadits pada sumber aslinya yang mengeluarkan hadits tersebut dengan sanadnya dan menjelaskan dan menjelaskan derajatnya ketika penyusun melakukan takhrij pada hadits di atas, penyususn menemukan 17 hadits serupa yang tersebar dalam 15 kitab hadits. Dengan demikian terdapat beberapa jalur periwayatan hadits tersebut. Berikut ini penjabarannya Muhamad bin Isma‟il Al-Bukhari, Shahih Bukhari Hadits No. 6009 Bab. Adab Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits. Jakarta Pustaka Al-Kautsar, 2012, 189. Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 163 Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 164 Kemudian hadits tersebut dianalisis dengan cara tashih. Pertama penyusun mengidentifikasi para perawi hadits tersebut. Berikut ini hasilnya Musaddad bin Musrihad bin Musribal bin Mustawrid Yahya bin Sa'id bin Farrukh Tsiqah Mutqin, Hafidz, Imam, Qudwah Tabi'ut Tabi'in kalangan biasa Syu'bah bin Al Hajjaj bin Al Warad Tabi'ut Tabi'in kalangan tua Qatadah bin Da'amah bin Qatadah Anas bin Malik bin An Nadlir bin Dlamdlom bin Zaid bin Haram Berdasarkan data ini, maka kita dapat mengatakan seluruh perawinya „adil, matannya mafru dan sanadnya muttasil. Kemudian jika ditinjau berdasarkan i’tibar diwan, hadits ini berada di dalam kitab Shahih, yang diyakini hanya memuat hadits-hadits shahih. Maka dari semua tinjauan ini, dapat dinyatakan bahwa kualitas hadits ini adalah shahih. 3. Analisis Isi Kandungan Hadits Islam merupakan agama yang sempurna, dimana seluruh aspek kehidupan manusia telah diatur sedemikian rapi. Hal ini karena Islam datang membawa kasih sayang dan rahmat bagi alam semesta. Di antara bentuk rahmat agama ini bahwa ia telah sejak dahulu menggariskan kepada pemeluknya agar berbuat baik dan menaruh belas kasihan terhadap binatang. Prinsip ini telah ditancapkan jauh sebelum munculnya organisasi/kelompok pecinta atau penyayang binatang. Hadits di atas mengisyaratkan bahwa dengan memberikan air kepada binatang saja dapat mengantarkan manusia masuk ke dalam surga. Karena menyayangi binatang adalah bagian dari ajaran agama ini, maka sepanjang sejarah umat Islam, mereka menjaga dan menjalankan prinsip ini dengan baik. Namun ada perbedaan yang Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 165 sangat mendasar antara keumuman kelompok pecinta binatang dengan kaum muslimin dalam hal menyayangi binatang. Kaum muslimin melakukannya karena sikap patuh terhadap perintah agama dan adanya harapan mendapatkan pahala serta takut terhadap azab neraka bila sampai menzalimi binatang. Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya. Binatang adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Binatang juga butuh makan dan minum sama seperti manusia. Ketika kita berbuat baik kepada binatang, maka Allah akan memberikan pahala yang berlipat ganda tanpa terkecuali. Selain itu, ketika menggunakan hewan untuk membantu dalam mencari nafkah kita pun harus memiliki adab yang baik terhadapnya. Harus menyayang dan tidak menyiksa tanpa alasan yang dibenarkan, apalagi hewan yang dilarang dibunuh dalam aturan agama Islam. Rasulullah SAW bersabda tentang diazabnya seorang perempuan karena, mengurung seekor kucing sampai meninggal. Artinya “Dari Abdullah bin Umar ra. Bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda seorang perempuan diazab karena menyiksa seeker kucing yang diikat sampai mati. Allah pun memasukannya ke neraka. Perempuan itu tidak memberikan makan atau minum ketika mengurungnya. Tidak juga membiarkannya mencari makan dari serangga-serangga di bumi.” Muttafaqun „Alaihi Diantara makhluk ciptaan Allah adalah hewan. Baik hewan, maupun manusia, sama-sama merupakan ciptaan Allah Swt. Allah Swt. memang menakdirkan hewan untuk ditundukkan oleh manusia karena manusia memiliki akal pikiran. Sebagian hewan ada yang memang berbahaya dan manusia harus menjauhinya, tapi ada juga yang Allah takdirkan hewan tersebut dimanfaatkan Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 166 Binatang merupakan makhluk ciptaan Allah, Nabi Muhammad sangan dikenal dengan sifatnya yang sangat menyayangi binatang, salah satu hewan kesukaanya adalah kucing, di dalam suatu hadis diriwayatkan ketika kucingnya sedang tidur di tangannya, beliau tidak membangunkan kucing tersebut, karena Rasul mempunyai sifat penyayang yang luar biasa terhadap hewan, beliau rela merobek pakaiannya demi kucing tersebut. karena binatang juga sama seperti manusia yang mempunyai menganjurkan agar manusia dapat berperilaku dengan baik terhadap binatang, apabila manusia dapat menjaga kelestraian lingkungannya, maka alam pun akan bersahabat dengan nya. namun meskipun Rasul sangat menyayangi semua binatang, tetapi ada riwayat yang menjelaskan bahwa ada binatang yang dianjurkan umatnya untuk dibunuh, terdapat beberapa hadis yang menganjurkan membunuh hewan. Dalam persoalan hadis anjuran membunuh hewan bertentangan dengan sifat Rasulullah yang yang sangat menyayangi hewan dan menganjurkan kepada umatnya agar tidak membunuh hewan dengan sembarangan. KESIMPULAN Hadits yang berkaitan dengan pendidikan akhlak dapat kita temukan pada hadits riwayat Muhamad bin Isa At-Tirmidzi dalam kitab Jami’ut Tirmidzi Hadits No. 6009 Bab. Berbakti dan menyambung silaturrahim. Derajat hadits ini hasan gharib. Dari hadits ini dapat dirumuskan bahwa Rasulullah melarang manusia untuk memperolok-olokkan manusia yang lain. Dalam hal ini manusia diperintahkan untuk menjaga sikap dan lisannya. Selanjutnya terdapat hadits hasan yang berkaitan dengan pendidikan akhlak, yakni hadits yang diriwayatkan oleh Muhamad bin Isa At-Tirmidzi dalam Jami’ut Tirmidzi, ,Hadits No. 1975 Bab. Berbakti dan menyambung silaturrahim. Hadits ini mengisyaratkan pentingnya keteladanan uswah dari seorang pendidik. Dalam perspektif pendidikan Islam, keteladanan uswah merupakan sebuah metode yang sangat efektif diterapkan oleh seorang guru dalam proses pendidikan. Karena Suanto. Larangan menyiksa Binatang, Jurnal Uin Alauddin Makasar vol 8 no 1 2017, 60 Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 167 keteladanan, hasilnya akan mempengaruhi individu jauh mencapai pada tahap kebiasaan, tingkah laku dan sikap. Keteladanan ini harus dilakukan oleh pendidik di sekolah dan orang tua di rumah. Hadits tentang pendidikan sosial terdapat pada hadits yang diriwayatkan oleh Hadits No. 13 Bab. Adab. Kualitas hadits ini adalah shahih. Hadits ini menjelaskan tentang perintah untuk saling mengenal dan mencintai sesama manusia walawpun memiliki latar belakang yang berbeda. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dengan saling mencintai akan menciptakan persaudaraan dan ketentraman dan dengan saling membenci akan menciptakan perpecahan dan perselisihan. Selanjutnya terdapat hadits shahih yang berkaitan dengan pendidikan social lainnya, yakni hadits yang diriwayatkan oleh Hadits No. 6009 Bab. Adab. Hadits ini mengisyaratkan kepada manusia untuk menyayangi semua makhluk ciptaan Allah SWT termasuk binatang. Dalam Islam dijelaskan binatang yang harus dibunuh dan tidak boleh dibunuh. Membunuh binatang pun diperbolehkandengan alasan yang diperbolehkan dan sesuai syari‟at islam, bukan dengan tujuan ingin menyakiti dan menyiksa. DAFTAR PUSTAKA Buku Ahmad. Implementasi Akhlak Qur’ani. 2002 Bandung PT Telekomunikasi Indonesia. Al-Qaththan, Manna. 2012. Pengantar Studi Ilmu Hadits, Jakarta Pustaka Al-Kautsar Departemen Agama RI. Al-Quran Terjemahan. 2015. Bandung CV Darus Sunnah Munawwir, 2007. Kamus Al-Munawwir Indonesia Dan Arab. Surabaya Pustaka Progressif. Al-Bayan Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist / Volume 5, Juni 2022 / p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 168 Tafsir, Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung Remaja Rosdakarya. Jurnal & Internet At-Tirmidzi, Muhammad bin Isa. Jami’ut Tirmidzi, Diakses pada tanggal 17 Oktober 2021. Nihaya, Harun. bullying di sekolah Dari diakses pada tanggal 18 Oktober 2017 Suanto. 2017. Larangan menyiksa Binatang. Jurnal Uin Alauddin Makasar Vol. 8 No .1 Usiono. 2017. Potret Rasulullah sebagai Pendidik. Jurnal ANSIRU Vol. 1 No. 1. Dwi Wulan SariNilai akhlak begitu penting ditanamkan bagi peserta didik dari dini agar menciptakan kehidupan yang baik dan mampu menjunjung nilai-nilai agama serta budaya leluhur bangsa. Kurangnya kesadaran posisi sentral dari peserta didik sehingga terdapat pengabaian terhadap akhlak dan karakteristiknya. Karakteristik akhlak menjadi ciri khas yang harus dimiliki oleh peserta didik agar tercipta keselarasan antara bagian pendidikan dan arah yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan deskripsi tentang aktualisasi hadis terhadap krisis akhlak peserta didik. Metode penelitian dalam penulisan ini menggunakan kualitatif dengan jenis penelitian studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktualisasi akhlak yang sesuai hadis dan harus dimiliki oleh peserta didik meliputi niat, sabar, ikhlas, jujur, tawadhu dan tawakal Unang WahidinAhmad SyaefuddinThe development of science and technology increasingly encourage renewal efforts in the utilization of technology results in teaching and learning process. One of the technology that can be used in teaching and learning process is education media. Educational media used must be adapted to the development and demands of the times. Support the right educational media used in teaching and learning process will facilitate the achievement of learning objectives can be. Therefore, the education media will affect the absence of a complete and appropriate learning information target, and affect the outcome of the learning process. At the beginning of the spread of Islam has been known teaching and learning activities, when the media has been there and education has been applied by the Prophet Muhammad SAW in teaching science and Islamic law to the friends. Some educational media clusters expressed in the Qur'an and al-Hadith, among others Audio education media contained in al-Qur'an letter al-'Alaq 96 verse 1; Al-Isra '17 verse 14; Al-Ankabut 29 verse 45; Al-Muzammil 73 verse 20. In addition, in the hadith there are several terms used to indicate the use of visual media in learning, such as drawings, gravel and fingers. Keyword Media, Education, Islam, Al-Qur’anLarangan menyiksa BinatangSuantoSuanto. 2017. Larangan menyiksa Binatang. Jurnal Uin Alauddin Makasar Vol. 8 Rasulullah sebagai PendidikUsiono. 2017. Potret Rasulullah sebagai Pendidik. Jurnal ANSIRU Vol. 1 No. 1.
Salman Yoga S Judul Buku Hadis-hadis Kebudayaan Penerbit Desantara Tahun Terbit 2004 ISBN 79-96461-5-7 Jumlah Halaman 188 Editor KH. Adib Masruhan Di antara masalah yang paling rumit dalam kehidupan Islam adalah yang berkaitan dengan hiburan dan seni. Karena sudah menjadi sesuatu yang umum kebanyakan manusia terjebak kelalaian dalam hiburan dan seni, yang memang erat hubungannya dengan perasaan, kesenangan, hati serta akal pikiran. Sebuah fenomena menggelisahkan, kini tengah dan bahkan sebenarnya telah cukup lama bergulir di kalangan masyarakat Islam, yakni kegemaran mendengarkan lagu dan musik. Melalui kegemaran itu berbagai budaya lain yang merusak merambati relung-relung kehidupan generasi Islam. Sebagian besar dari mereka menganut budaya moderen yang hingar bingar penuh sensasi dan pertarungan reputasi, masih pula membaur dengan seribu satu jenis dan bentuk kemaksiatan yang terkadang sudah menjadi agama mereka. Seni musik, sastra dan tari dalam Islam sebenarnya telah mempunyai ketentuan tersendiri yang kat’i. Segala bentuk ekspresi dan pelahiran nilai estetika dari setiap orang mempunyai aturan sesuai dengan norma dan tata nilai yang berlaku. Namun sejauh mana hal tersebut menjadi sebuah konsep baku, sampai hari ini Majlis Ulama belum pernah mengeluarkan fatwa tentang ketentuan khusus seperti halnya ketentuan menyangkut halal dan haramnya makanan. Sejak zaman kekuasaan Dinasti Muawiyyah tahun 661-749 M dan kekuasaan Dinasti Abbasiyah tahun 749-1200 M hingga zaman moderen saat ini, pembicaraan tentang Tamaddun seni dan kebudayaan dalam Islam memang tidak pernah selesai mewarnai gerak dinamika kehidupan muslim. Oleh kaum modernisme orientalis seni kerap dijadikan sebagai tameng terhadap penyempitan pemahaman ajaran Islam, sehingga berbagai kajian dan penelitian tentang kesenian Islam Seni Islam terus dilakukan. Dari segi objek penelitian, menurut Sayyed Hossein Nasr1987, seni Islam sebenarnya telah menjadi bahan studi para sarjana Barat sejak abad kesembilan belas dan para sarjana Muslim yang berpendidikan Barat selama beberapa dekade, setelah itu seni Islam menarik perhatian masyarakat luas sejak dua atau tiga dekade yang lalu. Banyak karya mengenai sejarah, teknik penciptaan, lingkungan sosial dan aspek-aspek lainnya dari seni Islam yang diterbitkan dalam berbagai bahasa di Erofa. Beberapa terbitan itu berpegang teguh pada signifikansi dan makna spiritual yang asli, walaupun jumlahnya hanya sedikit sekali. Selain itu tulisan-tulisan T. Burckhardt, yang memberikan penjelasan khusus mengenai demensi intelektual, simbolisme dan demensi-demensi spiritual Islam, sangatlah sedikit karya yang memandang seni Islam sebagai manifestasi bentuk-bentuk realitas spiritual al-haqa’iq wahyu Islam itu sendiri karena diwarnai oleh pengejawantahannya yang bersifat duniawi dan menyalahi hukum Islam. Terlebih ketika goyangan seni tari Inul Daratista, photo ekpresi dan foese Anjasmara serta sejumlah selebriti kita mencuat kepermukaan dan menjadi bahan pembicaraan yang hangat, hingga melahirkan pro dan kontra tentang lahirnya Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi. Dari sudut pandang para seniman dengan mengatasnamakan kebebasan berekpresi hal tersebut sebenarnya bukanlah satu hal yang perlu diperdebatkan, tetapi dari segi intensitas, media yang digunakan dan mayoritas masyarakat pengguna media terbut adalah umat Islam, maka hal itu dapat menjadi bumerang. Islam sendiri sebenarnya adalah agama yang realistis. Islam memperhatikan tabiat dan kebutuhan manusia, baik jasmani, rohani, akal dan perasaannya, sesuai dengan kebutuhan manusia dalam batasan-batasan yang seimbang. Jika olah raga kebutuhan jasmani, beribadah sebagai kebutuhan rohani, ilmu pengetahuan sebagai kebutuhan akal, maka seni merupakan kebutuhan rasa intuisi, yaitu seni yang dapat meningkatkan derajat dan kemulyaan manusia, bukan seni yang dapat menjerumuskan manusia dalam kehinaan. Bagaimana sebenarnya ekpresi yang islami dan apa dalil-dalil yang mendukung kesenian dan budaya dalam kehidupan muslim? Pertanyaan ini secara sepintas akan terjawab dengan hadirnya buku “HADIS HADIS KEBUDAYAAN” terbitan Desantara Jakarta. Buku yang dieditori oleh Ahmad Tohari dan Bisri Efendi ini berbicara tentang seni dan budaya dalam Islam dengan menghadirkan tidak kurang dari 71 Hadis yang berkaitan langsung dengan seni dan budaya di masa Nabi, khususnya seni tarik suara dan seni musik. Dalam hal berekpresi, Ahmad Tohari pada bagian pengantarnya mengatakan bahwa sesungguhnya umat Islam tidak berbeda dengan umat yang hidup dengan karunia akal budi dan perasaan. Dengan kedua hal tersebut setiap manusia mampu berpikir dan merasakan segala hal yang tertangkap oleh panca indera, serta berkreasi dalam berbagai bentuk ciptaan dan penemuan, baik yang non seni maupun yang bersifat seni. Dengan kata lain umat Islam mempunyai hak dan posisi yang sama dengan umat lain dalam hal seni dan berkesenian. Hal ini sesuai dengan konsep ajaran Islam yang terdapat dalam salah satu ayat Alquran yang memerintahkan manusia untuk memanfaatkan faktor estetika yang telah dikaruniakan kepadanya Surat A-Nahl78. Bahkan Allah Swt sendiri mengakui bagaimana peran sebuah hasil karya seni seperti syair puisi dapat menjadikan sang penyairnya menjadi penghuni neraka atau penghuni surga. Demikian urgen dan pentingnya kedudukan seni serta seniman itu sendiri dalam merubah dan menciptakan sebuah kebudayaan, hingga Allah Swt sendiri mencantumkan nama salah satu surat dalam Al-Quran dengan jenis profesi kesenimanan, yaitu surat Asy-Syu’Ara Para Penyair. Bagaimana berkesenian; berekpresi, bermain musik, bertari dan bernyanyi pada zaman Rasul ? Buku kecil dengan 64 halaman ini menjadi wajib untuk dibaca, karena ia mencoba mengaktualisasikan sejumlah kejadian dan momen-momen di mana Rasul ikut menikmati, melihat dan mendengarkan ketika beberapa sahabat mengekpresikan nilai estetikanya dengan bermain musik. Rasul-pun seolah mebolehkan dan tidak terkesan melarang ketika sejumlah wanita bermain musik, bernyanyi dan menari dalam sebuah acara perkawinan yang dihadiri oleh Rasul sendiri. Buku ini menampilkan kejadian sejarah tentang awal mula dibolehkankannya bermain musik melalui Hadis-Hadis Nabi yang dari segi periwayatannya tergolong shahih. Baik dari segi sanad maupun matannya. Perdebatan tentang seni musik dalam Islam secara khusus memang telah dibicarakan oleh Dr. Ysuf Al-Qardlawy melalui bukunya Figh Al-Ghina wa alMusiqi fi Dhau-I Al-Qur’an wa As-Sunnah Piqih Musik dan Lagu Perspektif Al-Qr’an dan As-Sunnah terbitan Maktabah Wahbah, Kairo 2001, dan buku Tahrim Alatit Tharab Polemik Seputar Hukum Lagu dan Musik tulisan Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani terbitan Dar Ash-Shiddiq, Saudi Arabia 1999. Kedua buku tersebut berusaha menjelaskan bagaimana seni musik Islam bermula, berkembang dan digemari serta bagaimana hukum-hukumnya berdasarkan sejumlah dalil ayat Al-Quran dan Sunnah Nabi. Namun secara spesifik kehadiran buku HADIS-HADIS KEBUDAYAAN lebih kepada merangkum sejumlah Hadis-Hadis Nabi yang secara khusus menggambarkan keterlibatan Rasul dalam musik, ketika para sahabat mencoba memainkannya dihadapan Nabi. Menariknya buku ini adalah tentang kumpulan Hadis-Hadis yang menggambarkan Nabi sebagai penikmat sekaligus sebagai apresian dari musik itu sendiri saat itu. Kehadiran buku ini dalam khasanah keilmuan dan refrensi seni dan kebudayaan Islam sangatlah berarti. Selain sebagai bahan rujukan baru tentang kehidupan Rasul, juga dapat menjadi bahan refrensi penting tentang pengkondisian-pencarian eksistensi kesenian dalam Islam. Karena masih banyak masyarakat muslim yang belum mengerti dan faham bagaimana sebenarnya sebuah kebudayaan, khususnya seni diciptakan, diekpresikan dan dinikmati dengan tidak melanggar norma-norma ajaran agama. Buku ini dibagi ke dalam dua bagian utama. Yang pertama menyangkut sekumpulan Hadis tentang kesenian, dan yang kedua sekumpulan Hadis tentang Pluralitas dan toleransi. Buku ini sendiri tampaknya memang sengaja tidak memberi analisa-analisa dan penjelasan lebih jauh dan berarti tentang isi serta relefansi dalil-dalil Hadis dengan realita dunia seni Islam saat ini, sehingga memberi kesan sekaligus tantangan kepada pembaca untuk menginterfestasi, men-tafsir, mengapresiasi sendiri dalil-dalil Hadis tersebut sebagai rambu-rambu sekaligus sebagai bahan rujukan yang signifikan dalam dunia berkebudayaan dan berkesenian . Wallahu’A’lam. Artikel ini telah dimuat di Harian Umum Analisa Medan Sumatera Utara, pada bulan Maret 2007. Comments comments